Film "LEWAT DJAM MALAM" merupakan film jaduuuuul banget yang di
sutradarai oleh Usmar Ismail, rilis pertama tahun 1954.... Busyettttt
dah brapa taun ya kalo di itung ampe sekarang? Dan.......Setelah
direstorasi selama kurang lebih setahun (2011-2012),
film ini dutayangkan di Seksi Cannes Clasic, Festival Film Cannes, dan
kemudian diedarkan kembali secara terbatas di beberapa bioskop
Indonesia. Dan bisa di tonton mulai 21 Juni 2012. Kereeen banget,
sumpah.. penasaran? Silahkan nonton..
Mengisahkan seorang bekas
pejuang, Iskandar (AN Alcaff) yang kembali ke masyarakat, dan coba
menyesuaikan diri dengan keadaan yang sudah asing baginya. Pembunuhan
terhadap seorang perempuan dan keluarganya atas perintah komandannya di
masa perang terus menghantuinya. Tepat pada jam malam yang sedang
diberlakukan, ia masuk rumah pacarnya, Norma (Netty Herawati). Itu awal
film yang masa kejadiannya hanya dua hari. Keesokannya ia dimasukkan
kerja ke kantor gubernuran. Tidak betah dan malah cekcok. Dengan kawan
lamanya, Gafar (Awaludin), yang sudah jadi pemborong, ia juga tak merasa
cocok. Ia masih mencari kerja yang sesuai dengan dirinya. Bertemu
dengan Gunawan (Rd. Ismail), ia semakin muak, melihat kekayaan dan
cara-cara bisnisnya. Apalagi setelah tahu, bahwa Gunawan merampas harta
perempuan yang ditembak Iskandar itu lalu dijadikan modal usahanya
sekarang. Kemarahannya memuncak. Ia lari dari pesta yang diadakan
pacarnya untuk dirinya dan pergi mencari Gunawan ditemani bekas anak
buahnya (Bambang Hermanto), yang jadi centeng sebuah rumah bordil.
Penghuni rumah itu adalah Laila, pelacur yang mengimpikan kedamaian
sebuah rumah tangga yang tak kunjung datang. Lalu dia pulang ke pesta,
tapi ia melihat polisi datang. Ia curiga dirinya dicari-cari. Maka lari
lagilah dia sampai kena tembak oleh Polisi Militer, karena melanggar
peraturan (lewat) jam malam, justru di saat dia menghampiri kembali
kekasihnya (Netty Herawati), satu-satunya orang yang mau mengerti
dirinya. Mungkin bisa disebut karya terbaik Usmar Ismail. Sebuah kritik
sosial cukup tajam mengenai para bekas pejuang kemerdekaan pasca perang.
Maka di akhir film dibubuhkan kalimat: "Kepada mereka yang telah
memberikan sebesar-besar pengorbanan nyawa mereka, supaya kita yang
hidup pada saat ini dapat menikmati segala kelezatan buah kemerdekaan.
Kepada mereka yang tidak menuntut apapun buat diri mereka sendiri."
Kelemahan film ini mungkin terletak pada akhiran film yang
berpanjang-panjang, dan pengungkapan kegelisahan tokoh utamanya yang
kurang subtil dan terlampau fisik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar